AHLAN WA SAHLAN....

butterfly n rose

Rabu, 10 Desember 2008

DIALOGIFORA (1) : Malam BBM

Khaulah:
Lagi! Kisah tentang merananya Nelangsa. Entah kapan kisah ini akan usai. Aku sudah lelah melakoninya. Ini Parade Pilu, Karnaval Kelabu, Teater Tangis. Aku sudah hapal Dialog Deritanya

Herr :
… Cahaya telah kau rampas dari biji mataku… derita sudah naik seleher… kau meindas sampai di luar batas

Khalulah:
Derita mengurung seperti tawanan di ruang bawah tanah. Tak ada cahaya yang membias untuk mata. Di sana ada pasung untuk si Tertuduh. Sakitnya telah tiba di lehernya

Herr :
Maka biarkan aku melawan… untuk tanah Nenek Moyangku, untuk Ibundaku!

Herr :
Ini adalah Sinetron Siluman, tak layakk ditonton anak sekolah. Suruh dia tidur saja! Malam sudah gelap sedari dulu. Biar gelap! Seperti mata yang tercabut retinanya. Benar mengerikan!
Nenek Moyangmu menangis menyaksikan Cerita Cengkau in, Film Feodal in mengisahkan Anak Bangsa yang menyepuh pedang memenggal cucunya. Lalu bagaimana kamu melawan bila tubuhmu disalib?

Herr:
Matanya tak bisa terpejam, Kawan. Ada bara di bawah kelopaknya

Khaulah:
Bara di matamu justru hanya membawa pedih. Ketika kau menangis melihat derita ini. Maka baranya akan mati. Padahal kau sangat ingin menangis menggantikan ibu dan nenek moyangmu yang telah kehilangan mata

Herr:
Aku menunggu angin meniup bara di mataku, hingga tiba waktunya tubuh kecilku menjadi kobaran api. Di langit dan tanahku tercinta, ijinkan aku menciummu sebelum lebur.

Khaulah:
Itulah jawabnya! Bila semua manusia memiliki bara, maka bara akan menjadi api yang menghanguskan keserakahan dan menghangatkan kebekuan hati Sang Pemilik Negeri. Biar tanah dan langit mencium kalian lebih dulu.

Herr:
Air matanya secemerlang kobaran Molotov

Khaulah:
Maka biarkan airmatanya menetesi lilin harapan. Agar cahayanya membias semesta dan sukma
Teman, lakonku telah usai, nenek moyangku mengusap matanya yang bersimbah haru dan berkata “Himpunlah api itu, biat jasad ini yang menjadi angin dan kayu bakarnya”

--Sederhana B11, 3 Juni 2008

0 comments:

Posting Komentar

dari Goodreads