AHLAN WA SAHLAN....

butterfly n rose

Minggu, 28 Desember 2008

Darah Senjaku 2: Ibu

Darah senjaku 2: Ibu
Hari Ibu bukan hanya 22 Desember, tapi hari Ibu adalah hari sejak kau merasakan napasmu yang pertama terhela

Ini napas dariku Bunda:
Dalam desah napasku Bundaku sayang, tersirat rindu terpaut kasih.
Akankah kusanggup mengeringkan luka?
Berharap menyeka airmata?
atau sekedar melipur lara
Hanya dengan mengingat rupamu, Bunda
Cukup membuatku lupa akan derita

dari Aiko:
ku sampaikan pada matahariku "Selamat Hari Ibu,, Ibuku"

dari Ashley:
My mother wants me to be her wings. TO fly as she never courage to do. I love her for that. I love the fact that she wanted to gave birth to her own wings

dari Iwan Fals:
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang, untuk aku anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan, Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara, kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, Ibu...
Ingin ku dekap dan berbaring di pangkuanmu, sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu do'a-do'a baluri sekujur tubuhku
Dengan apa ku membalas?
Ibu.. Ibu...



Baca selengkapnya......

Rabu, 17 Desember 2008

Bunga-Bunga untuk Para Pewisuda



Bunga dari mahasiswa yang jenuh: 16 Juni 2008
Bunga dari mahasiswa yang skeptis: 19 November 2008
Bunga dari mahasiswa yang relijius: 19 November 2008

(klik baca selanjutnya)


Bunga dari mahasiswa yang jenuh: 16 Juni 2008
Koridor-koridor ini sudah ribuan kali kulewati. Juga kelas-kelas ini, ribuan kali kumasuki. Tapi hampa, tapi sunyi. Inikah yang dia sebut jenuh, Kawan?
Tak ada yang ku toreh di kampus ini. Entah mengapa. Aku selalu tertinggal jauh di belakang
Mahasiswa dengan Pesta, Buku dan Cinta. Juga Agenda “Kura-Kura”. Wan, kapan aku bisa memakai toga?
Silent Savana: Aku berkata kepada ayahandaku… kelak aku diwisuda dengan Lagu Darah Juang dan Sumpah Mahasiswa
Gadissurat: Kita punya pertanyaan yang sama. Hush! Kata teman “Hindari wisudaH di usia dini”
K’Ann: Semua akan indah pada waktunya ^__^
Aldrian: Kalo gak putus asa! He.. he..
Ahdian: Maksudnya? Duh gak ngerti…
Putra: 17 Nov 08/ Jenuh dengan kampus,,, 3 tahun, masuk tahun ke empat,, wajah-wajah baru, rupa-rupa lama. Dinamika! Menjemukan!

Bunga dari mahasiswa yang skeptis: 19 November 2008
Koridor sunyi. Ruang kelas menyajikan retorika hambar. Miskin realita. Bunga-bunga hanya sebatas ekspresi. Wisuda hanya sebatas ceremony. Bahkan ujian kompre hanya sebatas legalisasi
Mahasiswa mana yang tak ingin memasang toga? Aku pun menginginkannya. Tapi tidak untuk membungkus batok kepala yang kosong ilmunya.
Ah, apalah arti sarjana? Bila akhirnya menjadi cecunguk saja?

Bunga dari mahasiswa yang relijius: 19 November 2008
(Atau mungkin mereka akan lebih suka dengan Bunga ini)
Kawan-Kawanmu bersorak dengan euforia ceria. Lisanmu tak henti-henti menghatur do’a. pujilah ALLAH setinggi-tingginya! Lantaran telah kau penuhi selaksa harapan Ayah Bunda. Semoga ilmumu merebak semesta

Baca selengkapnya......

DIALOGIFORA (5) : Pasticimotmu

Seorang pemuda yang kau tahu
Berlari dari Senja ke Senja
Aku menunggunya di atas Bangku Batu yang Bundar
Hingga pada Suatu Subuh
Dian kan terbit bersama mentari
Untuk menguarkan aroma rumput dari sepatu dan rahangnya
Lalu ku kan bertanya padanya
“Hei Kunang-Kunang, masihkah Layang-Layangku kau simpan?”
Entah,
Dalam segala senja selalu ku ingat dia
Karena dia selalu bercerita tentang Senja dan Kunang-Kunang
Karena dia adalah Ketakutan yang ku rindu
--Khaulah Al-Fitri
Makassar, 2 Desember 2008




Baca selengkapnya......

Darah Senjaku 1: Bapak

Untuk Hari Ibu (dan Bapak juga)

Darah Senjaku kudedikasikan kepada dua orang yang menjadi wasilah penciptaan Allah. aku terlahir dari sulbi dan rusuk mereka,
Darahku yang teraliri oleh darah mereka, dagingku yang tersusun oleh daging mereka, watakku yang terangkai dari watak mereka

Darah Senja 1: Bapak

Dialah yang mengajarkanku tentang senja di setiap hari, kala aku dan Aiko kerap menyaksinya lewat dego-dego rumah. Sebuah siluet indah, langit biru-merah yang terharmonisasi dengan burung pipit dan burung gereja
Kami selalu memaknai senja sebagai waktu yang sangat indah, aku dan Aiko akan memperhatikan awan-awan tebal yang bergulung-gulung, dan kami akan memilih rupa paling indah yang dibentuknya
"Hei Dik, apa kau melihat bentuk yang sama?"
Sementara bapak bercengkerama dengan ayam-ayamnya. mengelus-elus mereka dan memasukkannya ke kandang.

Ahh...Ini sudah senja, Bapak dan Mamaku juga senja
Dulu itu, aku dan Aiko masih hijau, entah sekarang berganti warna apa...

Bapak.. Bapak, sudah terlalu lam,a kuresahkan kau dengan pembangkanganku. Tapi hati ini masih terlalu keras untuk memenuhi petuah-petuahmu. kecuali dengan kata-kata pemanis di bibir saja. Bukan untuk membohongimu. Sungguh. Ku hanya ingin meringankan beban pikiranmu saja.
Bapak, belum ada berita gembira yang kukabarkan padamu, kecuali keresahan-keresahan saja. Yang kerap menambah gurat di keningmu, menambah parau suaramu.
Aku sungguh bukan Andalan seperti yang kerap kau sebut-sebut dahulu di hadapan teman dan tetangga. Aku sungguh bukan anak yang kau idamkan sesempurna doa-doa yang kau panjatkan. Bukan. Bukan aku.
Inilah aku, tak lebih dari seorang anak pecundang dan keras kepala. Tapi meski begitu, kau masih selalu saja mengusap-usap kepalaku dan berkata "Semua anakku pintar dan kau anak terjenius yang kumiliki"
Ah Bapak.., jangan kau cekati leherku dengan tangis tertahan saat kata-katamu meluncur begitu saja dari lidah sastrawimu. seperti ketika kau mengatakan "Tugas orang tua adalah memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan kami tidak pernah mengharap balasan apa-apa", atau saat kau berkata "Aku akan menyekolahkanmu tinggi-tinggi, meski demi itu aku harus mengorbankan semuanya, hingga yang tersisa hanyalah garam saja untuk ku makan"
Ah... Bapak, mungkin keras kepalaku benar-benar kuturuni sempurna darimu. Keras kepalamu mungkin hanya akan menusahkan dirimu saja. Hingga kau membiarkan pembuluh darah dan syarafmu kian hari kian dipenuhi sumbatan-sumbatan. membiarkan ototmu yang kian hari kian mengecil. Membiarkan lidahmu yang kian hari kian sulit mengucapkan kata dengan jelas. Membiarkan lenganmu yang kian hari kian terbatas jangkauannya. Membiarkan kakimu yang kian hari kian bergetar saat kau pakai berjalan.
Bapak...Bapak... kau sungguh keras kepala! ku tahu itu semua kau lakukan demi anak-anakmu. Demi aku, yang bahkan tak mampu menghadiahkanmu nilai IP yang tinggi, kecuali Mata Kuliah yang diulang-ulamg. Demi aku, yang tak pernah membawakanmu sekalung medali, piala atau trofi.
Maafkan aku Bapak... maaf.. kadang ku merasa mungkin sebenarnya akulah yang menyumbat pembuluh-pembuluhmu itu.
Ah...Bapak, mungkin anakmu ini terlampau payah, bahkan durhaka, hingga namamu hanya kusebut sambil lalu dalam doa-doa pendekku. Dalam sujud-sujud singkatku. Pada sepertiga malam yang selalu tertinggal tahajjudnya, tergantikan oleh buaian mimpi-mimpi...
Bapak, sungguh berdosanya aku padamu. Mungkin bila ku harus mencuci kakimu berulang-ulang. Bahkan meminum air cuciannya. Dosa-dosaku belumlah pantas untuk kau maafkan...

...
(Darah Senja 2: Mama: Dia yang bergerak diiringi jutaan prajurit malaikat)

Baca selengkapnya......

Rabu, 10 Desember 2008

PARADE PUISI KHAULAH AL-FITRI



Aku menobatkan November 2008 sebagai Bulan Puisi. Dan kau akan selalu saja menemukan SENJA dalam setiap prosanya. Mengapa harus SENJA? Tanyakanlah itu pada Seno Gumira Ajidarma yang telah mencurinya dalam rangkaian diksi yang indah.
(Juga terimakasihku pada SIM Card yang mempromokan SMS murahnya pada segaris senyum manis seorang Gadis Kecil yang terlahir dari pasangan Penyanyi-Keyboardist . Mereka membantuku mengembangkan sastra lewat SMS- SMS Senja. hehehe)


Baca selengkapnya......

Ekosistem Senja

Khaulah bersama K’Ann, Pengejar Layangan, Elang, IDn, YanKoer
Dari IDn
Dari K’Ann
Dari Elang
dari Pengejar Layangan
masih senja dan November (klik "baca selengkapnya")


Khaulah tuk K’Ann, Pengejar Layangan, Elang, IDn, YanKoer:
Segala Senja. Kini makin kelabu jingganya
Semakin pasi, tersebut tangan-tangan penguasa yang kian keji
Tiada hijau rona lagi
Hujan menikam sunyi
Tanpa janji
Oh, rupanya bumi semakin mati
--Di Bawah Naungan Ki Hujan, 25 November 2008

Dari IDn: Hujan membasahi bumi, member berkah buat makhlukNYA. Membelai hidup yang hampir mati. Moga kita yang hidup masih bersyukur
Dari K’Ann:Oh, gundakah kiranya hati yang lembut di sana?
Dari Elang:Bumi! Semoga hujan membuatnya hijau kembali

Pengejar Layangan
Cumulunimbus itu giat memerangkap cahaya
Cahaya itu enggan hilangkan ruah anggunnya
Pertikaian keduanya membuatku memuji
Bertasbih
Sungguh Maha Suci Ia
Khaulah
Suatu senja kusaksi mereka di atas sana
Lewat kaca geser yang memerangkap termal kota
Ada tirai berupa kabut yang berpendar merah
Kau, Layang-Layang yang gemulai terbangnya
Kian memperindahnya
--Antara Al-Aqsho dan Sahabat, 29 November 2008

Khaulah:
Senja jingga dengan kabut-kabut plumbum. Dengan aroma karbon monoksida yang merasuk alveoli! Orang-orang telah melupakan Ideologi Pantheisme mereka. Orang-orang berubah oportunis, mereka antroposentris
--Pangkep, 15 November 2008

Baca selengkapnya......

Khaulah dan Dara

El-Zukhrufy/ 21 November 2008
MASIH TENTANG DARA:
Dara kini tertelan curiga, nyata!
Ia tahu, realita tak akan sanggup berspekulasi lagi
Meski dengan riang yang dipaksakan
Lalu senja mengajaknya merenung…
Merenung lagi, lebih dalam
Dan akhirnya,,
Dusta akan mengubah senyum jadi petaka!


El-Zhukhrufy/ 2 Desember 2008
Apa kau percaya CINTA, Cahaya?
Cinta BUKAN senyuman…
Senyum itu, tak lebih dari sebuah Bangkai Kemunafikan!
Hujaman MATA adalah muntahan murka!
Cinta buatmu JAUH,
Cahaya… pahami,, resapilah..

Khaulah:
Cahaya, aku percaya Cinta. Cinta membuat manusia percaya juga membuatnya kecewa. Cinta selalu hadirkan duka pada bahagia dan bahagia pada duka. Biarkah hujaman mata berkata “Ku telah tiba di hati”

El-Zhukhrufy/ 3 Desember 2008
Duhai, andai Dara bisa berbagi…
Sunyi dalam ramai...
Kosong!
Adalah puisi, segala teman

Baca selengkapnya......

Titip Rindu Buat Ayah

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa. Benturan dan hempasan terpahat di keningmu. Kau Nampak tua dan lelah keringat menucur deras, namun kau tetap tabah. Meski napasmu kadang tersengal. Memikul beban yg makin sarat, kau tetap bertahan.
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini. Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan. Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari kini kurus dan terbungkus. Namun semangat tak pernah pudar, meski langkahmu kadang gemetar, kau tetap setia.
Ayah, dalam hening sepi ku rindu, untuk menuai padi milik kita. Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan anakmu sekarang banyak menanggung beban.
-Ebiet G. Ade



Baca selengkapnya......

DIALOGIFORA (4) : Senja Selalu

Selalu saja ada yang ingin kukisahkan pada merah senja yang dia takuti
Remang kegamangan yang dia benci
Sorot mata yang jernih seperti permukaan danau tersiram cahaya jagad raya
Juga suara bening yang mengalir seperti terjunan air gunung-gunung
Gunung-gunung yang pernah kutitipkan salam padanya
Pada masa-masa yang tidak ku tahu sejak kapan jingganya
Lalu,
Dia hanya akan kulihat berlari dengan ransel tercepuk-cepuk di punggungnya
Mengangguk-anggukkan kepala dan menghentak-hentakkan kaki saat menyaksi paraga
Atau merangkai kata di atas padang rumputnya yang sepi
Selalu saja ada aroma yang menguar dari legam kulitnya
Namun ketakutanku menginginkannya untuk pergi
Pergi, berlari, sebelum pertanda-pertanda itu semakin banyak terjadi
Oh Tuhan, salahkah bila pesonanya kusaksi?



Baca selengkapnya......

DIALOGIFORA (3): Wer bin Ich?

Wer bin ich?
Eine Madchen? Das Gold? Das Schüssel? Das Buch?
Wer bin ich??
Ich bin eine Kleines Kind
Was gibt’s?
Leibst du mich? Geht das?
Ja? Nein? Nocht nicht?
Antworten dich nicht!!
Es freut mich sehr…
Danke
Du bist ein Suss Mann
Ich bin eine Kleines Kind
Das Kleine Kind wartet
Entschuldigen dich bitte

….
Wer bist du?
Du bist mein Madchen, mein Gold, mein Schüssel, mein Buch…
Wer bist du?
Du bist ein Süss Madchen, du bist mein Liebe…
Was gibt’s? Ja! Ich liebe dich…
Machen dich sich keine Sorgen
Ich werde kommen nach dich
So, werten dich bitte…
Danke!

Nb: Verzeihung, kalo Deutch-nya kacau-kacau. Hehehe…

Baca selengkapnya......

DIALOGIFORA (2): Simbol

Kau bergerak, kau berlari, kau berteriak
Aku melamun
Simbol di mana-mana!
Toko Buku, Kunang-Kunang dan Senja,
Kau sungguh gemar akan prosa
Koridor, Kota Gotham dan Pintu satu
Kau ada di mana-mana
Hei Herr!
Yang manakah Cinta yang Dangkal yang kau sebutkan dalam Taksonomi Bertanyamu?
Apakah Edensor atau Kapal Tenggelam?
Apakah Ahli Kimia atau Pengejar Layang-Layang?
Ataukah Kura-Kura yang Sanggup Terbang?
Ternyata tidak semuanya! Kau hanya membuatku takut saja…
Benar dirimu, meski kata-kata hanya selalu terbang bersama angin
Dan segala yang ditulis adalah abadi
Tetapi kau hanya membuat simbol-simbol imagi
Yang pada semua orang bisa kau bagi
Lalu akhirnya,
Kau akan membuat Seratus Tahun ku Sunyi lagi

--Khaulah Al-Fitri
early October 2008, revised on December 2008
Nb: Gak jadi disetor ke Identitas




Baca selengkapnya......

DIALOGIFORA (1) : Malam BBM

Khaulah:
Lagi! Kisah tentang merananya Nelangsa. Entah kapan kisah ini akan usai. Aku sudah lelah melakoninya. Ini Parade Pilu, Karnaval Kelabu, Teater Tangis. Aku sudah hapal Dialog Deritanya

Herr :
… Cahaya telah kau rampas dari biji mataku… derita sudah naik seleher… kau meindas sampai di luar batas

Khalulah:
Derita mengurung seperti tawanan di ruang bawah tanah. Tak ada cahaya yang membias untuk mata. Di sana ada pasung untuk si Tertuduh. Sakitnya telah tiba di lehernya

Herr :
Maka biarkan aku melawan… untuk tanah Nenek Moyangku, untuk Ibundaku!

Herr :
Ini adalah Sinetron Siluman, tak layakk ditonton anak sekolah. Suruh dia tidur saja! Malam sudah gelap sedari dulu. Biar gelap! Seperti mata yang tercabut retinanya. Benar mengerikan!
Nenek Moyangmu menangis menyaksikan Cerita Cengkau in, Film Feodal in mengisahkan Anak Bangsa yang menyepuh pedang memenggal cucunya. Lalu bagaimana kamu melawan bila tubuhmu disalib?

Herr:
Matanya tak bisa terpejam, Kawan. Ada bara di bawah kelopaknya

Khaulah:
Bara di matamu justru hanya membawa pedih. Ketika kau menangis melihat derita ini. Maka baranya akan mati. Padahal kau sangat ingin menangis menggantikan ibu dan nenek moyangmu yang telah kehilangan mata

Herr:
Aku menunggu angin meniup bara di mataku, hingga tiba waktunya tubuh kecilku menjadi kobaran api. Di langit dan tanahku tercinta, ijinkan aku menciummu sebelum lebur.

Khaulah:
Itulah jawabnya! Bila semua manusia memiliki bara, maka bara akan menjadi api yang menghanguskan keserakahan dan menghangatkan kebekuan hati Sang Pemilik Negeri. Biar tanah dan langit mencium kalian lebih dulu.

Herr:
Air matanya secemerlang kobaran Molotov

Khaulah:
Maka biarkan airmatanya menetesi lilin harapan. Agar cahayanya membias semesta dan sukma
Teman, lakonku telah usai, nenek moyangku mengusap matanya yang bersimbah haru dan berkata “Himpunlah api itu, biat jasad ini yang menjadi angin dan kayu bakarnya”

--Sederhana B11, 3 Juni 2008

Baca selengkapnya......

DIALOGIFORA

Teruntuk seseorang yang sampai sekarang masih kubayangkan berbagi cerita dengannya, tentang buku-buku, film-film, istilah-istilah aneh, bahasa melayu dan banyak lagi. Hal-hal yang terlalu sederhana yang semua orang mungkin menganggapnya sangat tidak berguna...



Baca selengkapnya......

Tentang Kupu-Kupu, Elang dan Aiko

25 Mei 2008
Aku:
Mengapa mereka terlalu tinggi?
Terlalu tinggi seperti langit, seperti matahari, seperti bintang
Hingga tak mampu aku raih…
Oh Tuhan, mereka terlalu tinggi
Padahal aku hanya kupu-kupu bersayap indah
Namun tak mampu terbang tinggi
Aku bukan elang yang mengarungi lazuardi
Yang menembusi cakrawala
Bahkan meski aku elang, aku tetap tak mampu menggapai mereka
Oh Tuhan….

Aiko:
Untuk kupu-kupu yang bersayap indah
Perjuangan tak boleh berakhir, karena batasnya adalah helaan nafas terakhir
Usaha adalah kewajiban, karena hasil adalah hak ALLAH
Tetaplah kepakkan sayap indahmu
Karena tak ada yang mustahil di dunia ini jika kita mau berusaha
Tak perlu menjadi elang yang mengarungi lazuardi, tetaplah menjadi diri sendiri
Ganbatte!




Baca selengkapnya......

Diary Ramadhan yang Tercecer:

Ramadhan to Dzhulhijjah. Antara lebaran dan lebaran, baru kali ini kupenuhi janjiku untuk menulis postingan tentang Ramadhan 1429h-ku. Tapi tiadalah yang basi tentang Ramadhan, karena dia selalu didamba di setiap tahun

Malam 1 Ramadhan 1429 H: Aku akan menjadi manusia yang lebih baik. Mulai Ramadhan ini hingga seterusnya. Menjadi seorang pekerja keras dan tidak akan malas, apalagi terbuati angan-angan. Bismillah…
Aku harus membuat revolusi di FKMKI, kuliah, puskomda, ROHIS. Aku harus menebus keterpurukanku dengan cercagai cara yang cerdas, kreatif, efektif. Manage semuanya baik-baik. Allahu Akbar!!
1 Ramadhan: Dunia sungguh kejam bagi orang-orang yang tidak disiplin
2 Ramadhan: dari Aya dan Azzam (Sinetron Ramadhan Para Pencari Tuhan) : Mengapa orang yang saling mencintai justru akan saling menyakiti?
4 Ramadhan: ibrah dari Aku ‘vs’ Bu Chandra. Aku takut mengahadap manusia karena telah berbuat kesalahan. Maka Allah, aku tersadar, di akhirat nanti ketakutan itu akan jauhlebih besar. Maka ampunilah hamba dari segala dosa. Sehingga ketika aku menghadapMU kelak, ketakutanku adalah karena keMahaPerkasaan-Mu dan ijinkan aku bahagua berada di sisiMu yang mulia
8 Ramadhan: orang-orang tidak akan menemukan karya ketika dia tidak mempublikasikannya. Kesalahanku selama ini adalah karena tidak pernah selesai untuk memulai
9-11 Ramadhan: “Kenapa bergetar, Indah? Bicaramu kacau! Sorot kecerdasan itu merasukimu!” Jangan! Jangan! Aku takut luar biasa! Mereka berceloteh tentang “serasi” dan orang itu. Oh, itu sungguh indah. “Hei Indah, mengapa berbunga-bunga?”
11 Ramadhan dst: Aku merindukannya di setiap buku, lego-lego, koridor, dan aroma rumput pagi.
13 Ramadhan: untuk Ukh.Vina, aku begitu mengagumimu. Sungguh. Meski kau kerap mengatakan bahwa kau tidak memiliki apa-apa dan tidak tahu apa-apa. Tapi sungguh, kau punya semangat yang membuatku iri. Sense of Belongingmu terhadap dakwah ini sungguh besar. Kau kerap mengatakan iri pada FKM yang banyak kadernya. Tapi sungguh, ukhti, kader-kader Agro jauh lebih militant.
13 Ramadhan: How Fresh! Hari ini, aku bertemu dengan orang-orang baru di MAKES, Masjid Al-Markaz Al Islamy Makassar. Awalnya iseng-iseng saja aku ke sana. Ternyata, They all so Great!! Good Community! Knowledge, Language, Friendship. Ku kan tingkatkan semuanya. Moga dirahmati Allah. Amin
13 Ramadhan: ini yang kupelajari: setiap kita berazzam untuk menjadi lebih baik, maka kita akan bertemy dengan orang-orang yang baik pula. If there is a will, there is a way. “Ud’uni astajib lakum” (Berdoalah maka akaum AKU kabulkan)
17 Ramadhan: Pak Anwar “Hal yang membedakan negara miskin dengan Negara maju adalah Kepercayaan Diri dan Kemauan yang Kuat”
18 Ramadhan: K’Tambra “Hal yang membedakan orang-orang di Negara maju dengan Negara kita adalah Semangat dan kesungguhan mereka ‘They always keep in spirit!’, mereka selalu bersungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam menjalankan sesuatu.
Pekan ke3 Ramadhan: Catatan dari Bedah Film Turtles Can Fly:
- Cinta yang dangkal? Hei, seperti apakah cinta yang dalam yang kau maksudkan?
- Film-film yang dari Arab, Irak, Afganistan, dsb biasanya bertempo lambat dan menceritakan tentang perjalanan religius seseorang
- Ending dari Film Turtles Can Fly menyiratkan bahwa ini adalah awal dari kelahiran seorang tokoh dan pergerakan yang besar
- Taksonomi bertanya: “Apa, Siapa, Dimana” untuk menanyakan konteks, “Bagaimana” untuk menanyakan substansi, “Kenapa” untuk menanyakan nilai/norma
- Orang-orang mengingat hal-hal yang dianggapnya penting saja. Ku rasa aku akan mengingatmu juga
19 Ramadhan: seorang Ustadz dalam ceramah terawihnya
- Manusia terlalu rindu akan sejarah dirinya
- Agama datang untuk menyadarkan manusia akan janjinya dulu di alam roh… Arasy bergetar ketika janji itu dilanggar…
- Janji adalah sesuatu yang sakral
- Jangan gunakan logika ketika berbicara pahala. Melihat hal-hal yang ghaib tidak dengan mata, melainkan dengan keimanan.
20-an Ramadhan: seorang Ustadz di Al-Markaz “I think you must to manage your time. Not the time manage you”
25 Ramadhan: Hari ini aku bahagiaaaa sekali! Kenapa? Karena aku bahagia! Itu saja!
25 Ramadhan: Kapiltalis, individualis, spritualis, narsis, gingitivis (lho?), osteoporosis (hehe). Hei, bagaimana dengan Aliansi Seniman dan Sastrawan Ternama yang kita bentuk? Setelah nonton Laskar Pelangi, mungkin kita bisa launching di Nusa Dua Bali. Hehehe
26 Ramadhan: Aku sakit demam! Bukan Demam Berdarah! Bukan Chikungunya! Bukan Demam Tulang! Bukan Yellow Fever! Bukan! But I really really sick! Fever! Laskar Pelangi Fever! Tapi aku tak mau sembuh. Hehehe…
30 Ramadhan: Yup, awa’ pulang kampuang juga, banyak budak-budak disini, bikin seronok dan gaduh. “Sekolah ni kan tak boleh ditutup”
1 Syawal: Shalat Ied di Masjid Mujahidin Pangkep, yang paling berkesan adalah khotbah Idul Fitrinya. Inilah Ied pertama yang sangat berkesan di hidupku. Khotbah dibawakan oleh Prof. Dr. dr. Noer Bachry Noor, Msc, PhD, beliau adalah dosen yang sangat kubanggakan di FKM Unhas, dia juga sahabatnya kakekku. Teringat, Beliau pernah menjitak kepalaku dengan lembut, sambil berkata “Kau secakep dan secerdas kakekmu”. Hehehe ^_^

Baca selengkapnya......

Gaya Kepemimpinan ala Eugene Krab



Eugene Krabs? Siapa dia? Apa salah seorang saingannya Mahmud Ahmadinejad? Rivalnya Barrack Obama? Atau justru teman sepermainannya Soekarno?
Eugene Krabs. Mungkin tak banyak orang yang tahu tokoh itu, tapi bila kusebut “Tuan Krabs”, anak-anak penggemar kartun Nickelodeon atau teman-temanku sekalian yang pernah menonton Kartun Spongebob Squarepants akan kontan berseru “Oh, Tuan Krabs yang itu”
Yah, kita bisa belajar tentang kepemimpinan darimana saja, bukan hanya dari buku-buku tebal lagi berat, yang harus dibeli -tak boleh dipinjam- lantaran sukar dilahap dalam sehari, dan terkadang dilupa juga beberapa pekan setelah membacanya.Buku-buku yang kadang bikin kepala puyeng dengan istilah-istilah tingkat tingginya.

Ternyata kepemimpinan bisa juga dipelajari dari hal-hal sederhana,sesederhana kita berdiam sejenak di taman bermain anak-anak Play Group, TK atau SD. Menyaksikan mereka membentuk kelompok-kelompok bermain, dan selalu saja ada di antara mereka yang paling vokal dan sok ngatur. Bakat kepemimpinan yang jouvenil. Atau sesederhana kita menonton film kartun di TV, sekaliber beratnya Samurai X, One Piece atau Naruto yang kerap menyajikan pesan-pesan kehidupan dan kepemimpinan yang sangat mengena. Atau bahkan menonton film kartun yang sekaliber ringannya SpongeBob Squarepants.
Lalu ternyata Eugene Krabs, atau Tn. Krabs bisa juga dijadikan rujukan bagi para pemimpin –juga para pebisnis tentunya.
Dia adalah pebisnis yang selalu melihat peluang keuntungan dari segala kejadian. Mencari segala yang gratis tapi bisa menghasilkan uang (tentunya). Oportunis! Ya itulah dia. Banyak berkaca dari sini untuk belajar tentang prinsip ekonomi “Pengorbanan sekecil-kecilnya untuk keuntungan yg sebesar-besarnya”
Dalam mengelola Restoran Krusty Krabsnya. Dia sangat mengutamakan pelayanan prima demi kepuasan para pelanggannya, hingga pernah Squidward harus bersabar lama menghadapi permintaan seorang anak (ikan) kecil yang macam-macam. Dan tahukah kalian, di brosur iklan Restoran Krusty Krabs ada “Jaminan 100% uang kembali bila merasa tidak puas dengan produk dan pelayanan kami” meskipun kata-kata itu ditulis di sudut bawah dengan font yang luar biasa mininya (jadi heran, sebenarnya maksudnya apa?). Tn Krabs juga menjaga kerahasiaan bumbu Krabsby Patty-nya agar tidak dicuri oleh si Plankton. Karena resep rahasia itu adalah hartanya yang sesungguhnya
Kalau dilihat dari gaya kepemimpinannya, Tn. Krabs termasuk pemimpin yang demokratis dan kharismatik. Dia punya pendekatan berbeda pada dua karyawan yang juga berbeda karakternya. Squidward Tentakel yang menganggap segala yang luar biasa itu biasa-biasa saja, yang selalu membohongi diri sendiri, skeptis dengan segala oportunitas, serta menjalani pekerjaan sebagai rutinitas yang membosankan. Berbalik 180 derajat dengan Spongebob Squarepants yang selalu menganggap hal-hal kecil adalah hal yang luar biasa. Dia polos, lugu dan jujur, mudah putus asa namun mudah pula bersemangat membara.
Suatu hari Squidward pernah berkata “Mengapa harus dilakukan hari ini kalau bisa dilakukan besok?”, maka dengan tepat pernyataan itu ditangkis oleh Tn.Krabs “Ai..ai..ai..ai.. Tapi hari ini adalah besoknya kemarin!”. Banyak lagi tindakan-tindakan Tn.Krabs yang menohok, membuat Squidward mau tak mau tetap harus bertahan di restoran itu.
Berbeda dengan menghadapi Spongebob, dia memberikan banyak pujian dan penghargaan pada kokinya itu. Seolah-olah Tn.Krabs memberikannya jabatan yang sangat penting.
“Tara..! Dapur ini milikmu! Kau bebas melakukan apa saja! Lihatlah spatula yang berkilauan ini, penggorengan yang hangat ini, acar yang lucu ini, juga Krabsby Patty buatanmu yang mmm..mm… lezat sekali ! Kau adalah raja di sini! Kau hebat, Spongebob!” Lalu dia akan memberikan lencana dan topi murahan pada karyawannya itu, seolah-olah memberikannya penghargaan karena menjalankan tugas yang sangat mulia. Maka lihatlah hasilnya, dedikasi Spongebob terhadap Krusty Krabs sangat tinggi.
Hebat benar Derek Drymon mencipta karakter Eugene Krabs dan menyutradai kartun ini. Dengan bahasa yang lucu dan sederhana, yang cukup dinikmati selama 15 menit per episodenya. Kartun ini telah terkualifikasi sebagai salah satu yang terpopuler di kalangan anak-anak, remaja, bahkan ibu-ibu rumah tangga. Pesan-pesan moral dan edukasi di film ini juga disampaikan dengan menarik dan ringan, sehingga semua orang mudah mencernanya, terutama anak-anak.
Bukankah kita bisa belajar dari mana saja, kapan saja dan dari siapa saja? Bahkan dari tokoh sefiktif Eugene Krabs, Squidward Tentakel dan Spongebob, yang tercipta dari pikiran imajinatif yang dituangkan berupa gambar warna-warni di atas carikan kertas. Ternyata benar sekali kata Paman Tyo “Bahasa yang paling universal dan mudah dimengerti adalah bahasa gambar”, juga kata Kak Anto “Orang-orang akan lebih mudah menangkap pesan melalui karikatur, kartun dan gambar”
Akhirnya, ingin kukatakan kepada teman-teman sekalian yang membaca ini. Nontonlah film kartun ini, tidak perlu dengan menjadi penonton yang kritis, cukup nikmati saja seperti mengunyak keripik singkong. (Lho kok ku malah ngiklan ya? Hai Nick, berapa insentif-ku?)
Makassar, awal Desember 2008
--thanks for Ukhti Lina yang selalu memanggilku “Chi Bob” karena ku selalu telat ngampus gara-gara pagi-pagi nonton kartun Spongebob dulu (hehehe), juga Raidah yang menginsiprasi lewat SMS lucunya, dan yang terTerima kasih adalah Fikri--adikku yang SD-- yang pertama kali mengajakku menonton kartun ini dan memanggilku kalau kartun ini tayang lagi (secara jadwalnya aneh-aneh)

Baca selengkapnya......

dari Goodreads