AHLAN WA SAHLAN....

butterfly n rose

Selasa, 22 April 2008

Merubah Paradigma Lama untuk Revolusi Gerakan Dakwah

Sebuah renungan untuk motivasi dalam secarik halaman. Kutujukan kepada Tim Inti LDK FKMKI Unhas terutama, untuk ROHIS FKM Unhas, untuk Puskomda Sulselbar, dan untuk saudara-saudaraku yang berjuang dengan teguh di jalan dakwah ini.

Segala puji bagi Allah yang telah membuka hati ini dan menghadirkan sebuah paradigma baru. Ini terjadi pada saya. Entah apakah juga terjadi pada diri ikhwafillah yang lain. Yang jelas saya hanya ingin berbagi, semoga bermanfaat.
Sejak tampuk kepemimpinan tertinggi di kampus kita beralih kepada “Akhunna” yang baru, maka terjadi renovasi kebijakan. Dan kita sebagai jundi harus “sami’na wa atha’na”. Spesialisasi amanah untuk profesionalitas kerja. Itu tajuknya. Maka saya bertanya bagaimana? Dan akhirnya menjawab sendiri pertanyaan itu.
“Yang harus dilakukan seorang jundi bukanlah menghabiskan waktu membagi diri pada setiap pos-pos amanah, tapi justru harus menghabiskan waktu mengalikan diri sebanyak-banyaknya”
“Dakwah ini butuh ke-Tsiqoh-an pada orang lain untuk memperkuat pilar-pilar dakwah. Sementara perilaku ujub, egois dan takabbur terhadap amanah malah akan menghancurkan bangunannya”
Saya tidak menyinggung siapa-siapa melainkan diri sendiri semata. Yang selama ini terkungkung dalam kultur “membagi diri” yang berdampak pada mendzhalimi amanah dan mendzhalimi diri. Padahal Allah sangat membenci kedzhaliman.
Kultur “membagi diri” ini tak akan pernah membuat kita dewasa. Dan selamanya kita akan terkurung dalam kepompong kita yang sebenarnya kita tidak nyaman juga berada di dalamnya, tapi tidak pula cukup tangguh untuk merobeknya.
Memang kebijakan baru itu adalah aturan yang terlalu ideal. tapi ideal tentu bukan semata mimpi. Ideal itu ibarat bintang yang tak akan pernah sanggup digapai dengan jangkauan tangan. Tapi ketahuilah bahwa bukanlah bintang itu untuk digapai, melainkan sebagai penunjuk arah bagi para pelaut di tengah luasnya samudra.
Mengalikan diri, bukannya membagi! Bukankah telah ada waktu yang diberikan untuk itu??
Saatnya merubah paradigma lama kita menuju revolusi dakwah. Ini tentu tidak mudah dan tidak serta merta, sebagai revolusi yang selalu diartikan dengan “Perubahan yang secara cepat”. Perlu proses, namun prosesnya itu harus Quantum!!
Banyak hal yang be-Revolusi dengan berangkat pada suatu rintisan yang nampaknya sederhana. Seperti kisah Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa sallam yang berangkat dengan kata “Iqra”. Ummat muslim dengan persaksian “Syahadatain”. Bilal bin Rabah dengan lafadzh “Ahad”. Newton dengan fenomena “apel”. JK Rowling dengan “padang rumput dan domba”. Maka saatnya kita be-revolusi dengan berangkat pada frasa “Mari mengalikan diri !!!”
Tapi lagi-lagi, semua perlu proses untuk suatu revolusi. Dan proses untuk revolusi itulah yang paling berat rasanya. Tapi itulah sunnatullah.
Seperti sunnatullah sakit yang dirasakan ibunda untuk revolusi melahirkan jiwa baru, maka baginya Syahidah ketika dia mati. Seperti tersiksanya kupu-kupu saat berjuang untuk bebas dari kepompongnya dan merubah diri menjadi makhluk dengan rona warna yang sangat indah. Seperti mendebarkannya dua mempelai pengantin saat mengucap lafadzh ijab qabul untuk sebuah revolusi tanggung jawab hidup-mati, dunia-akhirat.
Revolusi industri Inggris pun tidak akan serta merta terjadi tanpa ada riset ilmu pengetahuan yang mendalam sebelumnya.
Semua butuh perubahan (revolusi), bergerak menuju perubahan itu berat, tapi itu niscaya. Saya jadi teringat sepenggal lagu anak-anak di Sesame Street –yang tidak begitu terkenal—yang liriknya:
“Semua bisa berubah jadi jangan bersedih. Bisa membuatmu bahagia, memberimu sesuatu yang baru”.
Mari kita berubah dan be-revolusi dengan berangkat pada perubahan paradigma “membagi diri” menjadi “mengalikannya”. Berkomitmen itu mudah, yang susah adalah konsisten dalam menjaga komitmen itu.
Semoga Allah ‘azza wa jalla senantiasa me-ridho-i langkah kaki kita. Serta menaburkan berkah-Nya di sepanjang jalan yang kita tempuh untuk mencapai Jannah-Nya yang didamba-damba. Amiinn…

---Diketik di komputernya Akhwat di pondokan pada Makassar, 9 April 2008

0 comments:

Posting Komentar

dari Goodreads